Romantisme Aktivis
Pagi yang cerah, secerah senyuman Indra yang selalu semangat mengayuh sepeda sederhananya menuju kampus tercinta. Mentaripun tersenyum bahagia mendampingi Indra kembali beraktivitas. Suasana kampus yang kian ramai, tidak sekalipun membuat kaum hawa membiarkan pandangannya berlalu begitu saja, ketika Indra melangkah didepannya. Keaktifan Indra terdengar sampai keseluruh pelosok kampus, tidak heran apabila wajah rupawan dan senyuman ramahnya selalu dirindukan oleh penggemar setianya. Kedatangan Indra bagai hujan dimusim kemarau yangt selalu ditunggu.
Laki-laki kelahiran Yogyakarta ini tidak hanya sibuk dengan aktifitasnya sebagai seorang mahasiswa, tetapi dia juga menghabiskan waktunya disebuah organisasi kepemudaan di kampusnya. Dia tidak bisa tinggal diam membiarkan diri dan hari-harinya berlalu begitu saja, tanpa melakukan aktivitas apapun. Dia selalu berusaha membuat hal baru sehingga hari-harinya penuh warna.
Siang itu mentari sangat tidak bersahabat dengan Indra. Dia menunjukkan lidah panasnya yang seakan membakar bumi dan sebagai penguasa tunggal. Indra merasa semangatya juga ikut terserap oleh sang mentari. Jam yang melingkar dilengannya menunjukkan 13.00 WIB. Indra bergegas menuju masjid untuk shalat dhuhur. Sesaat Indra diingatkan kalau para cacing sudah bernyanyi sejak Tiga jam yang lalu. Indra tersenyum dan segera bergegas menuju kantin untuk mengembalikan semua energi yang mulai habis setelah seharian beraktifitas.
Indra mahasiswa yang selalu aktif dalam kegiatan kampus sehingga menjadikan dia dikenal khalayak kampus. Mahasiswa yang selalu muncul dengan IPK diatas 3,5 ini, selalu membuat khalayak kampus antri untuk menjadi temannya, tidak ketinggalan dengan kaum hawa yang tak habis-habis memujanya.
Awal minggu Indra melakukan tugasnya sebagai ketua organisasi kepemudaan di kampusnya. Wajah ramah dan sikap tegas Indra memikat hati kaum hawa, tak terkecuali Rania gadis berjilbab dengan senyuman manis berhias lesung di pipinya yang menjadikan dia semakin mempesona. Ada sedikit kekaguman di hati Rania, tetapi Rania enggan terlibat dengan virus merah jambu yang bisa membuat semuanya jadi rumit, bahkan berantakan kalau saja Rania tidak bisa mengatasinya. Secepat mungkin Rania mengembalikan pikirannya pada tema yang dibahas tuntas oleh Indra.
Indra yang mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh saat dia kenal dengan Rania Zulkarnaen, cewek berdarah Jawa-Makasar yang baru beberapa bulan ini menjadi teman sekelasnya. Gadis yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kuliah, sehingga dia jarang terlihat dikegiatan kampus yang lebih banyak menyita waktu. Dia lebih tertarik dengan organisasi kepemudaan yang selalu mengangkat hal-hal baru dan aktual.
Rania bukan hanya menjadi teman sekelas atau rekan organisasi bagi Indra. Akan tetapi, dia juga menjadi rival baginya. Prestasi yang diraih Rania tidak jauh beda dengan Indra. Tiap semester prestasi mereka selau berkejaran seperti gelombang laut.
Wajah manis Rania selalu menggelayuti pikiran Indra, entah karena dia menjadi rival terberatnya atau karena faktor lain. Indra berusaha membuka pikirannya dan menepis jauh-jauh bayangan Rania. Dia kembali melanjutkan kegiatannya dan menghabiskan waktu selama berjam-jam di depan laptop kesayangannya. “tidak dapat dipungkiri kalau seorang aktifis juga manusia”, hatinya berusaha membenarkan perasaannya. Seiring berjalannya waktu, mereka sering dipertemukan baik dalam kelas ataupun di organisasi yang dikenal langsung oleh Indra. Dia tidak ingln hubungan kerjasamanya dengan Rania berantakan hanya karena emosi sesaat. Indra tahu dan yakin kalau semua akan indah pada waktunya. Bersambung..
Pagi yang cerah, secerah senyuman Indra yang selalu semangat mengayuh sepeda sederhananya menuju kampus tercinta. Mentaripun tersenyum bahagia mendampingi Indra kembali beraktivitas. Suasana kampus yang kian ramai, tidak sekalipun membuat kaum hawa membiarkan pandangannya berlalu begitu saja, ketika Indra melangkah didepannya. Keaktifan Indra terdengar sampai keseluruh pelosok kampus, tidak heran apabila wajah rupawan dan senyuman ramahnya selalu dirindukan oleh penggemar setianya. Kedatangan Indra bagai hujan dimusim kemarau yangt selalu ditunggu.
Laki-laki kelahiran Yogyakarta ini tidak hanya sibuk dengan aktifitasnya sebagai seorang mahasiswa, tetapi dia juga menghabiskan waktunya disebuah organisasi kepemudaan di kampusnya. Dia tidak bisa tinggal diam membiarkan diri dan hari-harinya berlalu begitu saja, tanpa melakukan aktivitas apapun. Dia selalu berusaha membuat hal baru sehingga hari-harinya penuh warna.
Siang itu mentari sangat tidak bersahabat dengan Indra. Dia menunjukkan lidah panasnya yang seakan membakar bumi dan sebagai penguasa tunggal. Indra merasa semangatya juga ikut terserap oleh sang mentari. Jam yang melingkar dilengannya menunjukkan 13.00 WIB. Indra bergegas menuju masjid untuk shalat dhuhur. Sesaat Indra diingatkan kalau para cacing sudah bernyanyi sejak Tiga jam yang lalu. Indra tersenyum dan segera bergegas menuju kantin untuk mengembalikan semua energi yang mulai habis setelah seharian beraktifitas.
Indra mahasiswa yang selalu aktif dalam kegiatan kampus sehingga menjadikan dia dikenal khalayak kampus. Mahasiswa yang selalu muncul dengan IPK diatas 3,5 ini, selalu membuat khalayak kampus antri untuk menjadi temannya, tidak ketinggalan dengan kaum hawa yang tak habis-habis memujanya.
Awal minggu Indra melakukan tugasnya sebagai ketua organisasi kepemudaan di kampusnya. Wajah ramah dan sikap tegas Indra memikat hati kaum hawa, tak terkecuali Rania gadis berjilbab dengan senyuman manis berhias lesung di pipinya yang menjadikan dia semakin mempesona. Ada sedikit kekaguman di hati Rania, tetapi Rania enggan terlibat dengan virus merah jambu yang bisa membuat semuanya jadi rumit, bahkan berantakan kalau saja Rania tidak bisa mengatasinya. Secepat mungkin Rania mengembalikan pikirannya pada tema yang dibahas tuntas oleh Indra.
Indra yang mudah bergaul dan mempunyai banyak teman, dirinya merasakan ada sesuatu yang aneh saat dia kenal dengan Rania Zulkarnaen, cewek berdarah Jawa-Makasar yang baru beberapa bulan ini menjadi teman sekelasnya. Gadis yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kuliah, sehingga dia jarang terlihat dikegiatan kampus yang lebih banyak menyita waktu. Dia lebih tertarik dengan organisasi kepemudaan yang selalu mengangkat hal-hal baru dan aktual.
Rania bukan hanya menjadi teman sekelas atau rekan organisasi bagi Indra. Akan tetapi, dia juga menjadi rival baginya. Prestasi yang diraih Rania tidak jauh beda dengan Indra. Tiap semester prestasi mereka selau berkejaran seperti gelombang laut.
Wajah manis Rania selalu menggelayuti pikiran Indra, entah karena dia menjadi rival terberatnya atau karena faktor lain. Indra berusaha membuka pikirannya dan menepis jauh-jauh bayangan Rania. Dia kembali melanjutkan kegiatannya dan menghabiskan waktu selama berjam-jam di depan laptop kesayangannya. “tidak dapat dipungkiri kalau seorang aktifis juga manusia”, hatinya berusaha membenarkan perasaannya. Seiring berjalannya waktu, mereka sering dipertemukan baik dalam kelas ataupun di organisasi yang dikenal langsung oleh Indra. Dia tidak ingln hubungan kerjasamanya dengan Rania berantakan hanya karena emosi sesaat. Indra tahu dan yakin kalau semua akan indah pada waktunya. Bersambung..